Mens Sana In Corpore Sano

Sejarah Petualangan Surabaya

gbr ilustrasi
Sejarah Petualangan Surabaya
News.Topsekali.com
Surabaya adalah salah satu kota di Indonesia yang berdiri pada 31 Mei 1293. Surabaya didirikan oleh Raden Wijaya setelah memenangkan pertempuran melawan pasukan Mongol. Nama Surabaya berasal dari kata Sura (Berani) dan Baya ( Bahaya) yang berarti "Berani menghadapi bahaya". Nama Surabaya ditetapkan di sebuah desa di tepi Kali Brantas. Desa tersebut bernama Ketintang yang berasal dari kata "Tin Tang" dari bunyi proses pembuatan senjata.Ketintang dulunya adalah pusat pembuatan senjata untuk pasukan Raden Wijaya dan terus menjadi pusat pembuatan senjata Kerajaan Majapahit. Lima bulan setelah mendirikan Surabaya, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada 12 Desember 1293 di Trowulan Mojokerto. Surabaya menjadi kota pelabuhan dan kota niaga terbesar di Nusantara era Kerajaan Majapahit. 

Surabaya menjadi pusat perhatian para pedagang termasuk para penyebar agama Islam. Surabaya adalah kota pertama di Jawa yang memiliki Masjid Agung dan Pondok Pesantren di kawasan Ampel. Surabaya juga ditetapkan sebagai pusat belajar Walisongo karena Sunan Ampel adalah Guru utama sekaligus ketua Wali Songo. Keluarga Sunan Ampel menyebarkan agama Islam dengan penuh kedamaian dan disesuaikan dengan adat budaya masyarakat Surabaya yang saat itu mayoritas beragama Hindu. Keluarga Sunan Ampel dan Wali Songo tidak merubah adat dan budaya masyarakat yang baik dalam proses menyebarkan Islam, sehingga agama Islam bisa diterima masyarakat Surabaya saat itu. Keluarga Sunan Ampel seperti Ki Ageng Tenggilis, Ki Bangkuning, Ki Ageng Dinoyo, Ki Ageng Bungkul, dan Ki Ageng Dupak menjadi orang yang ditokohkan sehingga nama tersebut menjadi nama nama daerah di Surabaya. 

Menjelang berakhirnya Majapahit pada abad ke 15, Putra Mahkota Raden Patah memeluk Islam dan mendirikan Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Sedangkan adeknya Pangeran Benowo tetap di Surabaya dan membawa keluarga Istana Majapahit yang tidak ikut ke Bali tinggal di Surabaya. Setelah Istana Majapahit ditutup karena putra mahkota pindah agama dan mendirikan Kesultanan Demak, beberapa keluarga Istana Majapahit pindah ke Bali dengan Kawasan Bromo untuk mempertahankan ajaran Hindu Jawa Asli Majapahit. Karena masyarakat Surabaya yang saat itu masih menganggap Kerajaan Majapahit ada, maka diangkatlah Pangeran Benowo sebagai penguasa Surabaya. Kehidupan di Surabaya berlangsung damai, meskipun Pangeran Benowo beragama Hindu, namun proses islamisasi di Surabaya tidak ada kendala. Masyarakat Surabaya sangat menjunjung toleransi dan saling menghormati antar agama sehingga tidak ada konflik keyakinan di Surabaya. Pangeran Benowo mendirikan Kraton Surabaya di daerah Kebon Rojo supaya dekat dengan selat Madura, jika sewaktu waktu sang Kakak Raden Patah menyerang Surabaya, maka keluarga Kraton Surabaya bisa cepat mengungsi ke Madura. 

Seiring berjalannya waktu, Kraton Surabaya mendapatkan serangan Kerajaan Mataram Islam dibawah Sultan Agung dengan ambisi menguasai Surabaya. Penguasa Surabaya saat itu masih muda bernama Pangeran Sawunggaling mengungsi ke Ketintang dan menikah dengan Dewi Sekar Ayu yang juga masih keturunan Majapahit karena leluhurnya mengungsi ke Ketintang setelah penutupan Istana Majapahit. Tempat pernikahan Pangeran Sawunggaling dan Dewi Sekar Ayu adalah sebuah hutan di tepi Ketintang yang diberi nama Wonokromo (Hutan Perkawinan).

Setelah menikah dengan Dewi Sekar Ayu, dengan pengikut setianya Pangeran Sawunggaling berencana mendirikan kembali Kraton Surabaya di Babatan karena konturnya berbukit bukit  ( sekarang menjadi kawasan kampus Unesa) .Namun karena daerah Babatan Wiyung itu krisis air maka Pangeran Sawunggaling tidak jadi mendirikan Kraton Surabaya dan lebih memilih menjadi tokoh masyarakat di Desa Babatan hingga meninggal dunia . Pangeran Sawunggaling dan Dewi Sekar Ayu dimakamkan di Wiyung dan tidak memiliki keturunan. 

Pasca perjanjian Giyanti 1755, Kerajaan Mataram pecah jadi 2 menjadi Joga dan Solo, sementara wilayah Utara Jawa dikuasai Belanda termasuk Surabaya. Kota Surabaya didesain sangat rapi oleh Belanda dan menjadi kota dagang terbesar di belahan bumi Selatan. Pusat Kota berada di Kecamatan Genteng sementara pusat perdagangan berada di Surabaya Utara. Beberapa fasilitas peninggalan Belanda diantaranya Istana Simpang (Gedung Negara Grahadi) yang dulunya menghadap Kali Mas sebelum ditemukan aspal. Balai kota Surabaya, Gereja Kepanjen, Gedung Siola, Kawasan Pertokoan Tunjungan, Gedung Internatio, Balai Pemuda, Polrestabes Surabaya, SMA Komplek, FK Unair, dan masih banyak lagi. Gedung peninggalan Belanda masih terawat hingga saat dan digunakan. 

Pada era pergerakan nasional dengan lahirnya Budi Utomo pada 1908, Banyak tokoh tokoh pemikir yang belajar di Surabaya. Mereka belajar di Padepokan HOS Cokroaminoto di Peneleh, Surabaya. Tokoh tokoh pemikir itu diantaranya Sukarno (Pendiri PNI), Muso (Pendiri PKI) dan Kartosuwiryo (Pendiri DI/ TII). Pada 31 Januari 1926 Ulama ulama Ahlusunnah Wal Jamaah mendirikan Nahdlatul Ulama yang merupakan wadah ajaran Islam dengan tetap mempertahankan tradisi budaya yang baik yang membawa kebaikan bersama. NU berpusat di Bubutan. Ketua NU pertama adalah saudagar kaya raya asal Surabaya bernama KH Hasan Gipo sedangkan Rais Akbar adalah KH Hasyim Asy'ari dari Jombang yang bekerja sebagai pedagang dan ulama serta guru di Pondokan Ampel. 

Surabaya era Perjuangan bermula dari ditetapkannya Pancasila menjadi dasar negara. KH Hasyim Asy'ari sebagai orang yang ditokohkan oleh masyarakat Surabaya saat itu meminta rakyat Surabaya berkumpul dan berdoa bersama untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara. KH Hasyim Asy'ari memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dengan Pancasila maka Indonesia tidak akan pecah. Keanekaragaman Indonesia adalah bukti kebesaran Tuhan dan dengan perbedaan hidup menjadi indah. KH Hasyim Asy'ari memberikan pemahaman pada rakyat Surabaya bahwa nasionalisme adalah ajaran agama manapun. Setiap agama mewajibkan untuk mencintai tanah airnya. Tuhan tidak pernah membedakan bedakan manusia, yang membedakan manusia adalah amal bakti dan kemanfaatan hidupnya. Pancasila didukung rakyat Surabaya. 
Pada 17 Agustus 1945 Indonesia resmi Merdeka atas Proklamasi di Jakarta. Sehari kemudian, berita itu sampai ke Surabaya dan diterima penuh suka cita oleh rakyat Surabaya karena memiliki negara baru bernama Indonesia. Termasuk kalangan Kiai dan pesantren. Kiai Hasyim Asy'ari meminta santri santri NU segera membentuk barisan rakyat dan menyebar ke kampung kampung serta desa desa untuk memberikan pemahaman arti kemerdekaan pada masyarakat yang masih tidak tau apa itu merdeka.  

Surabaya menjadi kota yang cepat dalam upaya kemerdekaan dan berdirinya negara baru bernama Indonesia karena dukungan rakyatnya. Sehingga pada September 1945, Sekutu yang membonceng Belanda kembali ke Surabaya untuk menjajah Indonesia kembali. Tokoh tokoh Belanda berpesta di Hotel Yamato Tunjungan dan mengibarkan bendera Belanda sehingga memancing emosi rakyat Surabaya karena Belanda tidak menghormati kemerdekaan Indonesia. Pada 19 September Hotel Yamato diserang rakyat Surabaya dan mengakibatkan banyak korban jiwa terutama Noni Noni Belanda karena tidak bisa menyelamatkan diri sebab pakai gaun panjang. Pertempuran terus terjadi hingga pada 22 September 1945 pusat Nahdlatul Ulama di Bubutan mengeluarkan Resolusi Jihad yang mewajibkan seluruh umat Islam untuk berjuang melawan penjajahan dan mengatakan bahwa mati ketika perang melawan penjajah termasuk mati syahid. Barisan Serbaguna (Banser) dibentuk untuk mempengaruhi rakyat Surabaya di kampung kampung supaya ikut perang. KH Hasyim Asy'ari bersama Walikota Mustajab mengatur strategi agar Surabaya tidak mudah kalah. KH Hasyim Asy'ari meminta anak anak, Ibu Ibu, dan Lansia tidak usah ikut perang karena nanti akan menambah kerepotan. Mereka diungsikan dengan kendaraan sembako ke Mojokerto. Sedangkan KH Hasan Gipo sebagai ketua NU yang rumahnya di depan Taman Bungkul sekarang, meminta pejuang pejuang Surabaya saat itu menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi supaya Belanda tidak tau. Sebagian masyarakat Surabaya saat itu mengerti bahasa Madura meski banyak yang belum bisa mengucapkannya. Perang pun terjadi hingga menewaskan Jendral Mallaby. Jendral Mallaby adalah Jendral Kebanggaan Inggris yang berhasil menaklukkan Nazi Jerman tapi kalah dengan pasukan kampung Surabaya. Kabar meninggalnya Jendral Mallaby ini sampai ke Kerajaan Inggris. Raja George VI (Ayah Ratu Elizabeth II) memecat Mentri Pertahanan Inggris karena malu yang luar biasa. Tentara andalan Inggris kalah mati diserang pasukan kampung dari Surabaya. 
Pertahanan Inggris di Singapura, Malaysia, dan India langsung menyebarkan pamflet di Surabaya supaya masyarakat Surabaya menyerah dan menghadiahi tanah yang luas pada siapapun yang berhasil menemukan pengebom mobil Mallaby. Mallaby tewas karena mobil yang dikendarainya diledakkan arek arek Suroboyo hingga tubuhnya hancur berantakan. Pada 10 November 1945 Santri kesayangan KH Hasyim Asy'ari bernama Bung Tomo pergi ke Radio yang dirampas dari Jepang. Bung Tomo membakar semangat arek arek Suroboyo untuk turut berperang melawan penjajah. Kabar ini terdengar hingga Mojokerto. Pemuda pemuda yang saat itu ikut mengungsi ke Mojokerto tergerak hatinya untuk ikut berjuang di Surabaya dan menjadi cikal bakal event gerak jalan Mojokerto- Suroboyo. Atas keberanian itulah Pasukan Inggris kewalahan dan mendatangkan Presiden Sukarno dan meminta masyarakat Surabaya untuk gencatan Senjata. 
Ratu Belanda menyebut Surabaya "City of Hell" atau kota Neraka. Pasukan terbaik se dunia yang berhasil mengalahkan Nazi Jerman harus  kalah mati ditangan arek arek kampung di Surabaya. 

Sejak saat itu, tidak ada lagi penjajah yang berani menampakkan hidungnya di Surabaya. Pada 1955-1965 Presiden Sukarno menetapkan kebijakan nasionalisasi dengan mengusir pengusaha pengusaha Belanda. Surabaya adalah kota dengan pengusaha Belanda terbanyak yang ikut diusir pulang ke negaranya dan asetnya direbut Indonesia seperti sekolah, gedung pemerintahan, tanah, dan lain lain. Pada 10 November 1955, Sukarno menetapkan Surabaya menjadi Kota Pahlawan karena keberanian arek arek Suroboyo yang ditakuti dunia. 

Pada era orde baru, Ibu Negara Tien Suharto sering berkunjung ke Surabaya untuk melihat berbagai kebijakannya terutama bidang kesehatan. Ibu Negara Tien Suharto menggagas Puskesmas, Posyandu, PKK, Dharma Wanita yang berjalan lancar di Surabaya. Ibu Negara Tien Suharto menyebut Surabaya adalah kota percontohan bidang kesehatan karena pelayanan kesehatan yang baik dan kesadaran masyarakatnya yang gemar pola hidup sehat, sehingga banyak sekali didirikan rumah sakit dan sekolah Kesehatan di Surabaya. 

Pada era reformasi hingga sekarang Surabaya terus berkembang menjadi pusat dagang, industri, dan jasa terbesar di Indonesia timur. Pada 2010- hingga sekarang, Surabaya terus berbenah dalam hal lingkungan hidup. Banyak taman yang indah dibangun, masyarakatnya gemar hidup bersih. Hingga pada 2018 Surabaya menjadi tuan rumah UN Habitat atau kota paling layak huni se dunia. 

Selamat Ulang Tahun ke 728 ( 31 Mei 2022 ) Kota Surabaya.
Semoga semakin bersih, indah, nyaman,aman,maju dan ber iman.

Penulis 
Hamdi Rayhan

Diringkas dari berbagai sumber literatur.
News.Topsekali.com

About top

0 Post a Comment:

Posting Komentar